01 April 2012

Surat Untuk Ayah

Hari ini seperti biasa bangun pagi, kuliah samapi jam 3, pulang mandi makan dan tidur, kegiatan rutin hampir pertengahan semester ini. ya semua berlalu seperti ini terus dan terus. Tapi entah mengapa ada yang sedikit menggelitik dihati sewaktu pulang dari kuliah tadi. Sepertinya ini biasa saja, saya hanya melihat anak kecil yang memeluk erat ayahnya yang sedang mengendarai sepeda motor. Entah mengapa saya ada satu hal yang membuat saya begitu ingin mengulang memori seperti ini.

Dahulu, sewaktu saya berusia ya kira-kira 4-5 tahun, masih suka dibonceng ayah naik motor, masih sering disogok akan dibawa jalan-jalan kalau saya bisa menghabiskan makanan saya, atau memang ayah yang senang membawa anaknya jalan dengan sepeda motor bututnya pada sore hari. dahulu ayah paling sering membawa saya dan adik saya terntunya kerumah nenek, kalau tidak pun request saya ingin ke jembatan tempat kapal nelayan berlabuh, ya dahulu saya suka dengan kepal, apalagi kalau mesin kapal itu hidup, lucu menurut saya.

Bahkan saya masih ingat dahulu entah waktu itu pas ingin mengunjungi rumah teman ayah atau malah ayah nyasar masuk gang yang salah yang saya ingat waktu itu kami sempat jatuh, tumbang, di atas tanah kuning yang habis terkena hujan, becek, badan kotor semua dan kami hanya berfikir bagaimana caranya agar insiden ini tidak ketahuan oleh nyonya besar ya ratu dirumah a.k.a ibu saya sendiri, dan syukurlah waktu itu ibu negara sedang dinas pagi semua aman terkendali. semua memiliki kesan tersendiri.

Ayah saya ini termasuk tipe ayah penyabar luar biasa, susah untuk marah dengan anak-anaknya, dan satu kebiasaan ayah yang saya nikmati waktu saya kecil yaitu ayah lebih sering menggunakan pelukan untuk menenangkan anaknya jika sedang emosi, tertekan, atau menangis. Entah mengapa tapi itu manjur untuk menenangkan emosi anak-anaknya. Ya saya selalu ingat itu.

Banyak hal yang membuat saya iri dengan anak kecil yang saya lihat sewaktu pulang tadi, saya iri ingin banyak melakukan sesuatu hal bersama ayah, kadang saya juga sering berfikir tentang hubungan ayah anak dewasa ini, kadang selisih paham yang membuat kami sedikit renggang dan maafkan saya ayah, anakmu ini kadang berlaku tidak sopan kepadamu, kurang menghormatimu, bahkan mungkin menyakiti hatimu, maafkan juga anakmu ini kadang tidak mendengar nasihatmu, kurang menuruti keinginanmu, atau apalah itu, maaf. kadang anakmu ini benar merindukan moment yang pernah kita lewati bersama dahulu.

1 comment:

  1. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    hilangkan rasa gengsi mu untuk maju lebih baik.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    ReplyDelete